SISTEM KEPARTAIAN DAN SISTEM PEMILU (Bag.2)
Sistem kepartaian dalam mana partai politik
menjadi bagiannya merupakan sesuatu fenomena dan prakter kelembagaan yang lazim
ditemui hampir diseluruh negara yang menamakan dirinya sistem politiknya
demokratis. keberadaan organisasi ini merupakan begitu mutlak conditio sin
quano bagi keberlangsungan sistem politik negara modern.
Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan
interaksi diantara sejumlah partai politik. Untuk membedakan antara partai
politik dan sistem kepartaian maka jelasnya adalah bahwa partai politik adalah
”organisasi yang bertujuan mempengaruhi dan mendapatkan kekusaan yang dilakukan
melalui pemilu”. sedangkan sistem kepartaian adalah ” intraksi partai-partai
satu sama lain dan hubungannya dengan sistem politik secara keseluruhan”. Jadi
partai politik adalah organisasi dalam (internal organization) sedangkan sistem
kepartaian sebagai lingkunganya (ekternal environmental).
Menurut Daniel Dhakidae setidaknya terdapat
dua cara yang bisa dilakukan untuk menganalisa sistem kepartaian:
1. Pertama, partai sebagai unit-unit, partai
dilokalisir sebagai satu kesatuan yang terpisah dari unit lain, dengan
memusatkan perhatian pad satu partai saja (dilihat dari sejarah, fungsi atau
tipologinya) kita bisa mengetahui pengaruh partai tersebut dalam sistem
kepartaian. Misalnya golkar sebagai suatu kesuatuan unit dapat dilihat dari
sejarah kelahirannya, fungsinya dan tipologinya maka kita bisa melihat
bagaimana pengaruh partai tersebut dalam sistem kepartaian)
2. Kedua, melihat dan membahas interaksi
antara beberapa atau banyak kesatuan. hal ini dengan melihat dinamika hubungan
antar partai politik, dengan melihat banyak partai beserta interaksinya, kita
dapat memperoleh gambaran yang lebih baik ketimbang cara pertama. Contohnya
bagaimana interaksi dan provokasi PDI-P sebagai partai oposisi mempengaruhi
partai-partai lain untuk tetap kritis didalam memantau kebijakan pemerintah.
maka sering kali ada dua belok dalam pembuatan keputusan didalam parlemen
antara yang pro dan menolak terutama dlam kasus-kasus lumpur sidoarjo, kasus
iran dan lain-lain.
Sistem kepartaian dipahami sebagai struktur
susunan partai-partai di satu negara (Dieter Nohlen dan Elmar Wiensendahl),
dimana elemen-elemen yang dimaksud adalah:
1. Jumlah partai yang ada
2. Derajat partai (keterpecahan)
3. Hubungan idiologis atau derajat polarisasi
4. Pola interaksi (misalnya koalesi)
5. Hubungannya dengan masyarakat
6. Posisinya terhadap sistem politik
7. Derajat kelembangaan sistem kepartaian
Adapun derajat kelembagaan sistem kepartaian
(Mainwaring dan Scully, 1995) harus memenuhi empat persyaratan:
1. Stabilitas persaingan kepartaian,
rendahnya kadar volatillitas alias kedenderungan mudah berubah dan
mencle-mencle para pemilih dalam pemilihan suara (pemilu).
2. Mengakarnya partai politik dalam
masyarakat (lewat angket/polling yang lebih populer sekarang, bisa dicek
tentang persepsi masyarakat tentang suatu parpol apakah dia akan tetap memilih
parpol yang dipilihnya pada pemilu sebelumnya.
3. Diterimanya partai politik dan pemilu
sebagai mekanisme dan isntrumen yang sah untuk menduduki pos-pos jabatan politik
oleh penduduk, pemuka masyarakat dan pelaku politik itu sendiri.
4. Struktur kepartaian yang stabil dan dapat
diterima oleh masyarakat umum.
Apakah kemudian dalam suatu negara kemudian
terbentuk sistem dwi partai atau multi partai, itu tergantung situasi dan
kondisi masyarakat sendiri, umumnya masyarakat yang struktur sosialnya tidak
homogen dan pemakaian sistem pemilu proporsional, menguntungkan pembentukan
sistem multipartai.
Kelahiran sistem dwi partai yang bisa jadi
beranak pinak, atau dari sistem kepartaian sederhana menjadi sistem kepartaian
yang komplek. banyak disebabkan oleh kondisi masyarakat seperti halnya yang
terjadi di era reformasi sekarang ini yang dimulai dari tahun 1997 setelah
terbukanya keran kebebasan untuk membentuk partai baru dimana sebelumya praktis
hampir selama orde baru hanya terdapat tiga partai dan selalu didominasi oleh
golkar dan selalu jadi menjadi single mayority.
Kelahiran partai-partai pada era reformasi
karena kondisi saat ini memungkinkan dan masyarakat sudah tidak percaya lagi
dengan sejumlah partai yang sebelumnya telah eksis duluan.bermunculan
partai-partai di suatu negara yang baru keluar dari rezim authoriarian adalah
fenomena yang biasa dan hampir terjadi disetiap negara. sebagai wujud ekperesi
kebebasan dan pembentukan wadah perjuangan yang selama tidak tersampaikan.
Sistem dwi partai dapat di golongkan ke dalam
jenis ”demokrasi konkurensi” (concurrences =persetujuan) dan sistem multi
partai sebagai ”demokrasi konkordan” (concordantia=kesepakatan). Dimana dalam
sistem demokrasi yang sifatnya konkurensi seperti di Inggris yang memegang
peranan paling penting dan dominan adalah suara mayoritas dan sementara dalam
sistem demokrasi konkordans seperti diswis dan negara-negara yang multipartai
sistem segudang dan segenap kepentingan diakomodasi (adanya koalesi) apalagi
pemegang kekuasaan tidak memegang suara mayoritas.
RIWAYAT PENELITIAN SISTEM KEPARTAIAN
Penelitian sistem kepartaian punya riwayat
panjang. Dieter Nohlen, pakar partai politik dan pemilu mancanegara asal
Jerman, membuat semacam kisah penelitian sistem kepartaian secara historis.
Kacamata
penelitian sistem kepartaian dilihat dari dua sisi:
1. Sisi
Kelembagaan
a. Ini sebagai upaya untuk menguak jumlah
parpol yang berbeda dalam sistem kepartaian. Pada tahun 1950 Maurice Duverger
mengawalinya dengan menitikberatkan pada sistem pemilu. sistem pemilu yang
berbeda mengakibatkan struktur perkembangan yang berbeda pula. duverger
menganut kepercayaan akan terjad “dualisme keparpolan” karena akan selalu saja tercipta
dua kutub yang berbeda walaupun tetap saja ada partai tengah didalamnya.
karenannya sistem multi partai akan cenderung menjadi sistem multi partai.
b. Geovani Sartori, Josep Lapalombara dan
Myron Werner (1966) berpendapat sistem multi partai tergantung banyak variabel,
geovani lalu meniti sistem multi partai, dan mengatakan bahwa sistem kepartaian
bukan ditentukan oleh jumlah partai politik tapi jarak ideologi yang ada
diantara partai-partai tersebut. Dia membedakan sistem kepartaian dengan pluralisme
sederhana yang kutubnya bipolar dan polaritas tidak ada, pluralisme moderat
kutubnya bipolar dengan polaritas kecil dan pluralisme ekstrim dengan kutub
multi polar dengan polaritas besar.
c. Pada tahun 1970 Sartori mengembangkan
tipologi sistem kepartaian, pengembangnya banyak hal, seperti lingkup
penelitian diperluas, jumlah tipe diperbanyak dan kriteria tipe ditinggkatkan
dan melihat dinamika kepartai yang ada. karena itu lahirlah sistem kepartai
sebagai berikut:
1. sistem unipartai (unisoviet)
2. sistem kepartaian hegemonuila alias
kekuasaan yang melebihi yang lain (meksiko)
3. sistem kepartaian dominan (india dan
jepang)
4. sistem dwpartai (AS, Inggris)
5. sistem kepartaian pluraliema moderat
(Belanda, Swiss, Belgia dan Jerman)
6. sistem kepartaian pluralisme
terpolarisasi/ektrim (chile sampai 1973, italia, prancis dan Finlandia).
2. Sisi bangunan sosial (social cleaveges=
perpecahan social)
Penjelasan dari sisi struktur sosial terhadap
pembentukan, struktur dan kesinambungan sistem kepartaian itu datang dari
Seymour M. Lipset dan Stein Rokkan (1967). Mereka berdua mencoba memahami
perkembangan sistem kepartain di Eropa dari sudut konflik masyarakat yang
dikenal social cleaveges.
Ketegangan sosial menurut mereka merupakan
produk dari dua proses:
1. Kebangkitan dan pembangunan bangsa
(revolusi nasional)
2. Industrialisasi (revolusi modern)
Pembelahan masyarakat akibat ketegangan
sosial ini masih mebekas dalam masyarakat barat hingga kini (Lipset dan Rokkan)
dari ketegangan sosial itu lahirlah tiga
macam konflik:
a. Sementara revolusi nasional menciptakan
1. ketegangan antara pusat dan pinggiran
(center and pheriphery cleavege)
2. ketegangan antara negara dan gereja
(church-state cleavage)
b. Revolusi industri menciptakan
1. ketegangan antara tuan tanah dan kelompok
bisnis dan industriawan (lahirlah antara perpecahan anatara kepentingan agraria
dan industri) land- industri celeavage
c. ketegangan antara pemilik alat-alat
produksi dan buruh, owner – workers cleaveges.
Karena itu
menurut Lipset/Rokkan bahwa sistem kepartaian
a. Bangunan sistem kepartaian berbagai bangsa
merupakan produk dari perjalanan perkembangan sejarah ketegangan sosial tersebut
(seperti lahirnya partai-partai baru pada zaman ore baru merupakan buah dari
ketengan sosial yang ada pada saat itu)
b. Cara-cara elit yang memamfaatkan peluang
mencari terobosan dalam membantuk parai koalesia dan grup-grup (adanya keingina
leit untuk duduk dalam kekuasaan maka membentuk partai politik baru karena cara
termudah masuk dalam lingkar kekuasaan dengan membentuk partai politik).
DIMENSI SISTEM KEPARTAIAN
Jika sistem kepartaian dan digabungkan dengan
riwayat penelitian sistem kepartaian maka melahirkan apa yang disebut dengan
dimensi sistem kepartaian yang dalam kasus barat ada 12.
1. Jumlah parpol
Jumlah parpol yang masuk dalam parleme tak
tergantung pada besar kecilnya parpol
2. Jumlah parpol yang relevan
jumlah parpol yang dimaksud adalah menurut
Sartori adalah yang relevan dengan sistem kepartaian, artinya satu parpol harus
memperlihatkan kontinuitasnya, punya potensi buat koalesi atau bergabung dengan
partai lain
3. Indek fraksionalisasi
4. Indeks agregasi
5. Skor kanan-kiri
untuk mengukur jarak ideologis parpol dlam
sistem kepartaian.
6. Indek-polarisasi
7. Volatilitas
volatilitas menunjukkan kecenderungan
mencle-menclenya para pemilih dalam pemilu. maksudnya adalah keseluruhan jumlah
suara pemilih dalam satu sistem kepartaian sebagai produk pemilih secara
individual.
8. Perubahan parpol
Dilihat dari perubahan jumlah parpol dalam
satu sistem kepartaian. perbandinmgan jumlah jumlah parpol dari pemilu
sebelumnya.
9. Skor etnik dan religius
Ukurannya adalah julah pors perolehan suara
parpol bernafaskan etnis dan religius tertentu
10. Skor liberal dan konservatif
Ukurannya adalah jumlah porsi perolehan suara
parpol bernafaskan liberal dan konservatif
11. Skor kelas buruh
Ukurannya adalah jumlah porsi perolehan suara
parpol komunis, sosialis dan parpol kiri lainnya.
12. Skor kelas borjuis.
Ukurannya adalah berapa jumlah porsi
perolehan suara parpol konservatif, libera dan agraris.
Komentar
Posting Komentar