Selingkuh Lebih Berisiko Kena Penyakit Dibanding Seks Bebas
Selingkuh Lebih Berisiko Kena Penyakit Dibanding Seks Bebas
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang yang telah mengikat komitmen dalam pernikahan monogami kemudian berselingkuh dari pasangannya lebih jarang menggunakan kondom dan jarang mendiskusikan riwayat penyakit menular seksualnya dibandingkan dengan orang yang suka melakukan seks bebas.
Di Amerika Serikat, orang yang menjalin hubungan dengan seseorang namun sama-sama membolehkan pasangannya untuk berhubungan seksual dengan orang lain disebut menjalani 'open relationship'. Jumah pasangan yang menjalani hubungan semacam ini cukup banyak di negara maju tersebut. Di Indonesia, pasangan seperti ini bisa disebut pasangan seks bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tukang selingkuh berisiko tinggi tertular penyakit menular seksual dan menularkan penyakitnya kepada pasangan dibandingkan orang yang menjalani open relationship. Peneliti menganalisis data dari 308 orang yang telah menikah dan 493 orang yang sedang menjalani hubungan open relationship.
Semua peserta dalam kedua kelompok pernah melakukan hubungan seks bersama orang lain selain pasangan yang telah berkomitmen dengannya. Para peserta ditanya mengenai hubungan seks yang terakhir kali dilakukan bersama selingkuhan atau saat melakukan 'one night stand'.
Para peneliti menemukan bahwa hanya 48% orang yang berselingkuh mengaku menggunakan kondom selama melakukan perselingkuhannya, sedangkan orang yang melakukan seks bebas sebanyak 66% di antaranya yang memakai kondom.
Hanya 34% individu yang selingkuh mengaku membicarakan riwayat seksual dan tes penyakit menular seksual yang pernah dijalani sebelum melakukan hubungan seks. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan 63% pada kelompok yang melakukan seks bebas.
Tukang selingkuh juga lebih jarang mensterikan sex toys sebelum menggunakannya kembali dibandingkan dengan orang yang melakukan seks bebas. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang yang berselingkuh kurang mempedulikan dampak perilaku seksnya ini bagi pasangan yang telah dinikahi.
"Praktisi kesehatan sebaiknya mendorong pasien monogami untuk memegang teguh ikrar pernikahannya dan membuat rencana untuk mengatasi perselingkuhan," kata peneliti, Terri Conley dari departemen psikologi di University of Michigan seperti dilansir MyHealthNewsDaily.com, Senin (9/4/2012).
Menurut Conley, rencana seperti itu dapat memfasilitasi pasangan berbagi informasi kesehatan yang tepat untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual.
manthap euy,syukurin buat yang tukang selingkuh tah..
BalasHapus