TEORI KEPENDUDUKAN MENURUT PARA AHLI
TEORI KEPENDUDUKAN MENURUT PARA AHLI
Thomas R. Malthus (1766 - 1834) ,Seorang pendeta berkebangsaan Inggris .
Essainya:
•The Principle of Population (1798)
•A Summary View of The Principle of Population (1830)
Pemikiran ini sangat berpengaruh di Inggris & Jerman.
Rumusan teoritis:
1.Pangan dibutuhkan dibutuhkanuntuk untuk hidup manusia.
2.Kebutuhan nafsu seksual akan tetap sifatnya sepanjang masa.
3.Perkembangan penduduk sesuai dengan deret ukur ukur,sedangkan pekembangan pangan sesuai dengan deret hitung.
Aliran Neo Malthusians
Paul Ehrlich (Paul ahli biologi di UniversitasStanford) Garret Hardin (ahli biologi di Universitas Universitas California).
Pada
tahun 1871 Paul menulis buku “ The Population Bomb”, dan kemudian di
revisi menjadi “The Population Explotion” yang berisi:
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis
ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth”
ia menarik hubungan antara variabel lingkungan ( penduduk, produksi
pertanian, produksi industri, sumber daya alam ) dan polusi. Tapi
walaupun begitu , melapetaka tidak dapat dihindari , hanya manusia cuma
menunggunya dan membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan
baik.
Aliran Marxist (Karl Marx & Friedrich Engels Engels).
•Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi memepengaruhi kesempatan kerja.
•Kemelaratan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh.
•Semakin
tinggi tingkat populasi manusia , semakin tinggi produktivitasnya, jika
teknologi tidak menggantikan manusia. Sehingga manusia tidak perlu
menekan jumlah kelahirannya, ini berarti menolak teori Malthus tentang
Moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
Teori ini dibenarkan oleh negara-negara sosialis seperti: RRC, Korea Utara, dan Vietnam.
( Oleh : Chabib Musthofa ).
Teori Malthus
Aliran
ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seseorang pendeta Inggris,
hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798
lewat karangannya yang berjudul: “ Essai on Principle of Populations as
it Affect the Future Improvement of Society, with Remarks on the
Speculation of Mr. Godwin, M. Condorcet, and Other Writers”, menyatakan
bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila
tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi
dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini (Mantra, 2003:50).
Mazhab Fisiologi
Orang-orang
yang termasuk golongan ini sebenarnya pendapatnya berbeda-beda tetapi
dalam satu hal mereka mempunyai pendapat yang sama yaitu menyangkal
dalil Malthus yang dikemukakannya sebagai suatu aksioma tanpa
penyelidikan bahwa kemampuan menurunkan keturunan suatu daya alam yang
tetap. Menurut seorang tabib Inggris Thomas Jarold, daya biak
(kemampuan menurunkan) pada manusia akan berkurang, semakin banyak ia
mempergunakan tenaga rohani dan jasmaninya. Karena itu, menurut
pendapatnya, orang tidak usah khawatir akan ketidak seimbangan antara
jumlah penduduk dan bahan makanan, mengingat bertambahnya kemajuan yang
kini dapat dicapai oleh manusia yang meminta lebih banyak pengorbanan
tenaga rohani dan jasmani.
Yang
hampir sama pendapatnya dengan Thomas Jarold adalah Michael Thomas
Sadler. Menurut pendapatnya, kemampuan menurukan keturunan orang itu
akan berkurang, ceteris paribus. Jika jumlah penduduk itu bertambah dan
kemampuan menurunkan keturunan itu akan bertambah jika jumlah penduduk
itu berkurang. Disingkatkan gambaran pendapat M. T. Sadler itu adalah
sebagai berikut :
Bertambahnya jumlah penduduk = berkurangnya jumlah kemampuan melahirkan.
Berkurangnya jumlah pendduduk = bertambahnya kemampuan melahirkan.
Pada penduduk yang sedang naik
jumahnya, bertambah banyaknya bahan makanan berlangsung lebih cepat
daripada bertambahnya orang. Keadaan ini mengakibatkan naiknya tingkat
kemakmuran penduduk itu. Meningkatnya kemakmuran menyebabkan
berkurangnya kemampuan meurunkan keturunan. Banyaknya bahan makanan dan
mudahnya keadaan penghidupan mempengaruhi berkurangnya kemampuan
menurunkan keturunan. Bukti-bukti itu ditemukan oleh Sadler di
Negara-negara dan kota-kota besar yang rapat penduduknya dengan
angka-angka kelahiran yang rendah dan banyaknya bangsawan-bangsawan
inggris yang tidak mempunyai keturunan lagi. Begitu juga dalam keadaan
yang sebaliknya. Sukarnya penghidupan dan kurangnya bahan makanan
sangat besar pengaruhnya terhadap bahan makanan menurunkan keturunan.
Dalil
yang menyatakan bahwa kemampuan menurunkan keturunan akan berkurang
dalam meningkatnya kemakmuran, dengan tegas dipertahankan oleh Thomas
Doubleday pada tahun 1841. Menurut pendapatnya, sangat sukar didapatkan
bahan penghidupan, merupakan suatu perangsang dari daya biak sedangkan
bila bahan-bahan penghidupan itu mudah didapatkan maka hal ini akan
mengurangi kemampuan melahirkan. Berlakunya hukum ini dapat kita jumpai
pada seluruh alam hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Di
negeri-negeri yang kaya dan makmur keadaan rakyatnya, maka kemampuan
menurukan keturunan sangat kecil, sedangkan negeri-negeri yang
rakyatnya miskin dimana keperluan hidupnya serba sukar didapatkan,
kemampuan melahirkan itu sangatlah besar. Keadaan tersebut oleh
Doubleday dinyatakan sebagai “Hukum yang agung dan nyata dari penduduk”
atau (”The real and the great law of human population”). Ia mengira,
bahwa secara empiris ia dapat membuktikan berlakunya hukum itu.
Herbert
Spencer yang menyangkal dengan keras teori dari Malthus menarik garis
pemisah antara hewan dan manusia dalam memperkembangkan keturunannya.
Ia berpendapat bahwa manusia mengenal “Individu” dan “Kemajuan
Perseorangan”. Semakin banyak orang mempergunakan energi untuk kemajuan
dirinya, semakin berkuranglah energi yang dapat dipergunakan untuk
memperkembangkan keturunan. Karena itu, jenis hewan yang tingkat
kemajuannya rendah, daya biaknya tinggi, sebaliknya tingkat kemajuan
individu yang tinggi bersamaan dengan daya biak yang rendah. manusia
adalah jenis hewan yang paling maju dan kemampuan menurunkan keturunan
adalah paling rendah. semakin tinggi tingkat kemajuan sesuatu golongan
penduduk, akan semakin berkuranglah daya biaknya, sehingga akhirnya
akan sampai kepada suatu tingkatan, dimana kemampuan menurunkan
keturunan itu hanya sekedar cukup untuk mengkompensir jumlah kematian.
Selanjutnya penduduk itu akan menjadi stasioner.
Faedah
dari adanya teori-teori golongan fisiologis ini adalah bahwa
orang-orang tidak lagi berpegang teguh, bahwa kemapuan menurunkan
keturunan merupakan suatu daya yang tetap. Tetapi bukti-bukti daripada
teori-teori itu sukar didapat, jadi hanya merupakan suatu hipotesa
belaka (Abdurachim, 1973:15-18).
Mazhab Psycho-Sosial
Menurut
Nassau William Senior, bahwa cita-cita manusia untuk memperbaiki
kedudukannya dalam penghidupan sama kuatnya dengan keinginan untuk
menurunkan keturunan. Beberapa tahun kemudian teori Senior itu
diperbaharui oleh Arsene Dumont. Inti dari teori Dumont ini adalah
bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk memperbaiki kedudukan
ekonomi dan kedudukan sosialnya sepanjang hal itu masih dapat
dilakukan. Dan hal ini disebutnya Kapilaritas Sosial. Keinginan untuk
maju dalam perjuangan hidup diwariskan oleh orang secara turun-temurun
kepada keturunnnya. Setiap orang tua menghendaki agar anak keturunannya
mempunyai kedudukan-kedudukan yang lebih baik daripada yang telah
dimilikinya. Yang mengharapkan keadaan yang sebaliknya tidak pernah ada
(Abdurachim, 1973:18-20).
Teori Evolusi Sosial
Disamping
teori-teori golongan fisiologis dan golongan psycho-sosial dalam
permulaan abad ke-20 masih terdapat teori-teori lain mengenai masalah
penduduk. Prof. Gini yang teori nya disebut orang teori evolusi-sosial
meneyebut proses dari pertumbuhan penduduk bangsa sebagai “peredaran
(siklus) bangun dan runtuhnya penduduk”. Siklus dari pertumbuhan
penduduk ini menurut pendapatnya adalah sama dengan siklus hidup
individu. Ada suatu masa permulaan, dimana orang tumbuh dengan cepat
menjadi besar yang kemudian disusul dengan masa pertumbuhan yang lambat
dan menjadi tua, untuk selanjutnya mengalami keruntuhan.
Tiap
bangsa dalam usia mudanya mempunyai struktur masyarakat yang sederhana
dengan angka-angka kesuburan (kelahiran) yang tinggi. Sebagai suatu
konsekuensi daripada ini penduduk bangsa itu akan tumbuh dalam jumlah
yang besar dan sejalan dengan ini, organisasi-organisasi dalam
masyarakat pun akan tumbuh menjadi kompleks seperti terlihat dalam
perkembangan kelas-kelas sosialnya, pertumbuhan industri-industri dan
aktivitas ekonominya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, tekanan
hidup akan terasa dan ekspansi akan terjadi dengan melalui peperangan
atau pendudukan daerah-daerah orang lain.
Pada
akhir, kemudian akan terjadi pengurangan dalam pertumbuhan penduduk
yang disebabkan oleh kehilangan tenaga-tenaga produksif dalam
peperangan atau perpindahan. Sebab utama dari berkurangnya penduduk itu
bersifat biologi. Gini percaya bahwa faktor yang fundamental dalam
berkurangya penduduk adalah faktor biologi, yang tidak dapat ditandingi
oleh faktor-faktor sosial dan ekonomi. Permulaan pengurangan kelahiran
itu akan berlaku pada kelas-kelas sosial yang tinggi untuk selanjutnya
meluas kepada kelas-kelas sosial yang rendah. dengan demikian penduduk
akan menjadi kecil jumlahnya (Abdurachim,1973:21).
Teori Neo-Malthusianisme
Pada
akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai
diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih
radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Kelompok ini tidak
sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan
moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka
menganjurkan menggunakan semua cara-cara “preventive checks” misalnya
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah
kelahiran, pengguguran kandungan (absortions). Paul Ehrlich mengatakan:
…the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under control-perhaps even by force (Weeks, 1992).
Menurut kelompok ini (yang
dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada
tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya Malthus masih kosong kini
sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah tidak mampu untuk
menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Tiap minggu lebih dari
seratus juta bayi lahir di dunia, ini berarti satu juta lagi mulut yang
harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke-19 orang masih dapat
mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi
tetapi sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan
mengatakan “it has come true:it is happening”.
Di tahun 1960-an dan 1970-an
photo-photo yang diambil dari tuang angkasa menunjukkan bahwa bumi kita
terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar di ruang angkasa dengan
persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu
saat, kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan, sehingga
akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Paul
Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971,
menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini
sebagai berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia;
kedua, keadaan bahan makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu
banyak manusia di dunia ini lingkungan sudah banyak yang rusak dan
tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich bersama istrinya merevisi buku
tersebut dengan judul yang baru “The Population Explotion” yang isinya
bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968, kini sewaktu-waktu
akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang parah
karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka.
Selanjutnya Ehrlich menulis:
…the
poor are dying of hunger, while rich and poor alike are dying from the
by-products of affluence-pollution and ecological disaster (Weeks,
1992).
Pandangan mereka
(Ehrlich dan Hardin) tentang masa depan dunia ini sangat suram, namun
demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh generasi
terutama bagi penduduk di Negara maju (devel-oped world)
(Mantra,2003:53-54).
Teori Kependudukan Malthus Ke Neo Malthusian.
Teori
Kependudukan, Hubungan antara Penduduk dan keterbatasan sumber
alam/pangan harus seimbang antara penduduk dan daya dukung, tidak
sedikit/dan terlalu banyak (penduduk optimum) Hubungan antara
pendudukdan lingkungan.
Thomas
Robert Malthus : Teori KelebihanPenduduk(over population theory),
mengembangkan pemikiran yg sudah dikembangan ayahnya (Daniel Malthus)
tentang hubungan antara penduduk dan pangan, diterbitkan 1798.
(Oleh : Drs.Soekirno, M.Sc.).
Mazhab Ekonomi Klasik (Abad 19).
Akhir abad 19 : asumsi-asumsi mazhab klasik mengenai teori pertumbuhan ekonomi dan penduduk makin dipertanyakan karena :
1. Fertilitas menunjukkan penurunan
2. Emigrasi terjadi di beberapa negara Eropa
3. Impor pangan terjadi kalau diperlukan
4. Perkembangan tehnologi
5. Pengetahuan manusia dan kekayaan produktif makin meningkat
6. Perubahan sosial yg melawan kecenderungan terhadap hasil yg makin berkurang (diminishing returns ).
(Oleh : Drs.Soekirno, M.Sc.)
Marshal 1920.
Walaupun
peranan alam dalam produksi menunjukkan hasil yg semakin berkurang,
peranan manusia cenderung meningkatkan hasil ( increasing returns)
Peningkatan hasil(volume produksi) :
1.Bersumber pada kecenderungan external economics (pasar yg tidak tertutup )
2. Sebagian karena adanya internal economics (berbagai perubahan yg terjadi dalam sistem perekonomian dalam negeri).
(Oleh : Drs.Soekirno, M.Sc.)
thank you, bisa minta link ttg Teori Gini lebih banyak ?
BalasHapusthank you, bisa minta link ttg Teori Gini lebih banyak ?
BalasHapusMakasih untuk tulisanx, ini sangat membantu..
BalasHapusboleh minta sumber refrensinya yg lengkap ng.?
Makasih untuk tulisanx, ini sangat membantu..
BalasHapusmakasih cuy, ngebantu banget tulisan ente
BalasHapusbisa infokan buku cetakan terbarunya?
BalasHapus